Dalam Al-Quran ada beberapa ayat yang sering diperdebatkan oleh para ulama, yaitu ayat tentang melihat Allah. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak seorang pun di antara makhluk Allah yang dapat melihat Allah Swt. Alasannya. Allah itu Al-Khalik Maha Pencipta, dan karena itu Dia tidak bisa dipersepsi oleh makhluknya. Allah adalah Zat yang transenden, yang melintasi ruang dan waktu. Sementara persepsi kita dibatasi ruang dan waktu. Allah itu Mahabesar, sedangkan kita hanya mampu mencerap yang kecil-kecil saja. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah kaum mu'tazilah yang kita kenal sebagai kelompok yang rasional. Menurut mereka, kita tidak mungkin melihat Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Argumentasi mereka menunjuk pada ayat Al- Quran la tudrikuhul abshâr wa huwa yudrikul abshår, tidak ada penglihatan yang dapat mencerapnya, tetapi Dialah yang mencerap seluruh ulama lainnya, berdasarkan ayat Al- Quran yang sangat jelas dan juga hadis-hadis, menjelaskan bahwa kita dapat melihat Allah Swt. Kalau tidak di dunia, nanti di akhirat. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa kenikmatan yang paling besar bukanlah tinggal di surga, tapi kesempatan memandang wajah Allah Swt. Sebagaimana kenikmatan seorang perindu, bukanlah memperoleh hadiah dari orang yang dirindukannya, tapi bisa memandang wajah-Nya. Dalam Al-Quran disebutkan, wujuhuy yawmaidzin nådhirah, ila rabbihâ nâzhirah. wajah-wajah pada hari kiamat itu riang gembira, memandang wajah Tuhannya. Kata 'nâzhirah' artinya memandang, dari kata nazhara. Bagi mu'tazilah. 'nâzhirah' bermakna menunggu, bukan memandang. Jadi ayat itu diartikan, wajah-wajah itu riang gembira, sedang menunggu hadis, misalnya yang diriwayatkan dari Aisyah, orang-orang bertanya kepada Rasulullah, apakah nanti di hari akhirat kami bisa memandang Tuhan? Rasulullah lalu menunjuk pada bulan purnama. "Kamu lihatkah bulan di langit itu?" "Ya," kata para sahabat. Kalian akan melihat Allah nanti, lebih jelas dari kalian lihat bulan sekarang ini." Kemudian banyak juga doa-doa dari Rasulullah Saw dan orang-orang suci sepanjang sejarah Islam yang menunjukkan kata-kata melihat. Misalnya. dalam doa Shahifah Sajjadiyyah, Imam Ali Zainal Abidin berdoa Wamnun bin nazhari ilaika 'alayya.... wa lâ tashrif 'anniy wajhaka. Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku kesempatan memandang wajah-Mu, dan jangan palingkanlah wajah-Mu dariku. Di situ jelas-jelas disebut kata melihat, an-nazhar. Tentu bukan anugerahkan kepadaku menunggu-Mu, tapi anugerahkan kepadaku kenikmatan memandang Ali pernah ditanya seseorang. "Apakah Anda melihat Tuhan Anda?" Beliau menjawab pendek, "Lam a'bud rabban lam aráhu, Aku tidak pernah menyembah Tuhan yang tidak bisa aku lihat." Kemudian ada hadis terkenal di antara kita, ketika Nabi ditanya oleh malaikat Jibril tentang Ihsan. Rasulullah berkata, "Ihsan itu adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya." Dalam hadis itu digunakan kata 'ka annaka' seolah-olah, karena Nabi berbicara di hadapan orang kebanyakan. Ka annaka taráhu. seakan-akan engkau melihat-Nya, fa in lam takun tarâhu fa innahu yarâka, jika kamu tidak sanggup melihatnya, perhatikanlah bahwa Tuhan meihat kamu. Kata "kamu tidak sanggup" menunjukkan ada sekelompok orang yang sanggup melihat Allah hadis yang lain juga disebutkan bahwa sekejap mata memandang Allah, jauh lebih baik dari ibadah ribuan tahun. Oleh karena itu, bagi kaum sufi, merindukan melihat Allah itu tidak hanya pada hari akhirat hari akhirat, insya Allah seluruh kaum mukminin yang diselamatkan Allah akan melihat Dia. Tapi di antara manusia ada sekelompok orang yang ingin melihat Allah sekarang juga. Mereka diberi anugerah untuk memandang-Nya saat Macam Pertemuan dengan AllahDalam Al-Quran, selain kata melihat Allah, ada kata yang semakna dengan itu-al-liqâ. pertemuan. Dalam bahasa Inggris, pertemuan yang sakral tidak sebagai meeting, tapi encounter, pertemuan ruhaniah atau pertemuan pemikiran batiniah. Kata liqa disebut lebih dari dua puluh kali dalam Al-Quran, umumnya menunjukkan pertemuan dengan Tuhan setelah kematian. Misalnya, fa dzûqû bi mâ nasitum liqâ-a yawmikum hadza- Rasakanlah siksa karena kamu melupakan pertemuan kamu hari ini Al-Sajdah 14. Berdasarkan itu sebagian penafsir Al-Quran menetapkan bahwa kita hanya berjumpa dengan Allah pada waktu atau setelah kematian. Itu memang benar. Semua kita akan berjumpa dengan Allah Swt pada waktu kita meninggal Ibn Arabi, ada dua macam pertemuan dengan Allah itu. Ada pertemuan yang terpaksa, ruju' idhthirâri. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita pada suatu saat akan berjumpa dengan Allah Swt, yaitu pada saat kematian. Ada lagi pertemuan yang sukarela, ruju' ikhtiyâri. Inilah pertemuan dengan Allah yang kita pilih sendiri, yang kita rencanakan, yang kita beberapa ayat yang mengandung kata liqâ atau mulâquw yang menimbulkan kemusykilan untuk diartikan sebagai kematian. Sebagai misal adalah ayat terakhir surah Al-Kahfi. Menurut sebagian ulama ayat terakhir bagus dijadikan wirid sebelum tidur. Bacalah satu ayat itu, dan sebutkan pada jam berapa kita akan bangun. Insya Allah kita akan bangun pada waktu yang kita rencanakan. Ayat itu berbunyi qul innamâ ana basyarun mitslukun yuhá ilayya annamâ ilâhukum ilahuw wâhid, faman kâna yarjuw liqâ'a rabbihi fal ya'mal amalan shâlihâ, wa lâ yusyrik bi'ibâdati rabbihi ahadam. Kalimat yang dicetak tebal berarti "barang siapa yang ingin berjumpa dengan Tuhannya. hendaklah dia beramal saleh."Berjumpa di sini tidak dapat diartikan sebagai kematian, karena kematian itu akan datang juga orang mengharapkannya atau tidak. Jadi kata liqa' di sini hanya bisa diartikan dengan pertemuan dengan Allah Swt di dunia ini juga. Dan dalam ayat itu dinyatakan, siapa yang ingin atau merindukan untuk bisa berjumpa dengan Tuhannya, syaratnya ada dua. Pertama, harus beramal saleh, yang kedua, tidak mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu pun dalam menyembah Dia. Yang dimaksud dengan tidak menyekutukan Allah itu, hampir semua mufasir mengatakan, ialah tidak mengharapkan selain Allah. Menurut sebagian besar ulama yang dimaksud musyrik di sini ialah riya'. Ketika beribadah kepada Tuhan itu, hendaknya tidak bersyarikat dalam ibadah itu dengan yang lain-lain. Salah satunya adalah riya'. beribadah karena ingin mendapat penilaian baik dari manusia. Itu sudah musyrik. Kita musyrik kalau kita mensyarikatkan Allah dengan mengharapkan penilaian dari manusia atau kalau ibadah kita sudah dipengaruhi reaksi orang lain terhadap diri kita. Setiap hari kita sibuk. kecapaian dan kelelahan hanya untuk memenuhi citra yang orang lain telah persiapkan untuk kita. Kesibukan ini-mempertahankan dan mempromosikan citra kita di depan manusia- akan menghapuskan peluang untuk berjumpa dengan Allah Swt liqa' ilallah sekarang. dengan pertemuan yang kita pilih. Tentu saja pada saat kematian kita akan bertemu dengan Allah, pertemuan yang justru tidak ingin kita yang tidak berjumpa dengan Allah Swt. adalah orang yang menjadikan peribadatan kita kepada Allah itu sebagai wasilah perantara untuk memperoleh pahala atau untuk menghindari siksa. Jadi Allah itu disembah, bukan karena Dia. Tapi karena pahala-Nya. Kita musyrik, karena kita menjadikan Allah alat untuk mencapai kepentingan-kepentingan kita sendiri. Dalam Syarah 40 Hadis. Imam Khomeini bercerita tentang ini dengan sangat bagus. Ia menyindir kita semua. Kita semua adalah orang-orang musyrikin. Karena itu dalam Al-Quran disebutkan, sedikit sekali di antara hamba-hamba yang tidak musyrik Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan musyrik Yusuf 106. Hampir semua kita, itu musyrik. Mengapa? Karena ketika kita menyembah Tuhan, pusat perhatian kita hanya pahala dan sering membimbing jamaah haji. Saya selalu menemukan pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan pahala. Ketika saya mengajak ibu-ibu berziarah ke masjid Quba, pertanyaannya adalah pahalanya. Sebagai mubalig, saya mengumpulkan hadis-hadis tentang pahala dan itulah yang kita sampaikan untuk mendorong mereka beramal. Misalnya, barang siapa yang shalat di masjid Nabawi 40 kali akan begini dan begitu. Shalat di Masjidil Haram sama nilainya dengan seratus ribu shalat di masjid-masjid yang lain. Rata-rata kita hafal dengan pahala ini. Karena ia menjadi pusat perhatian kita. Jadi kita beribadah kepada Allah bukan karena kecintaan kita kepada Dia. Bukan karena rindu untuk liqâ kepada Dia. Tapi karena kita mengharapkan hadiah, pahala atau menyembah Allah seperti pembantu melayani kita di rumah. Di rumah pembantu itu melayani kita bukan karena mereka mencintai kita. Bahkan boleh jadi mereka menyimpan kebencian di hatinya. Tapi mereka memenuhi perintah kita karena menunggu upah di ujung bulan. Seperti itulah kita menyembah Allah Swt. Kita berkhidmat karena menunggu upah di hari akhir. Bahkan kita menjalankan perintah Tuhan lebih buruk dari pembantu menjalankan perintah kita. Karena kita seringkali menuntut upahnya dengan segera. Kita rajin betul shalat malam karena kita berharap Tuhan menyelamatkan kita dari kebangkrutan ekonomi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Atau kita rajin bersedekah untuk menolak bencana. Ibadat kita adalah investasi yang kita harapkan "quick yielding", menyerahkan hasilnya dengan cepat dengan ROI yang tinggi. JR***KH. Jalaluddin Rakhmat, Pendiri Yayasan Muthahhari Untuk Pencerahan Pemikiran Islam dan Sekolah Para Juara SD Cerdas Muthahhari SMP Plus Muthahhari SMP Bahtera dan SMA Plus Muthahhari
Ayatayat Al-Qur'an tentang Mata - Penjelasan Lengkap. Mata merupakan jendela. Bisa dijadikan sahabat sekaligus penuntun bagi hati. Mata mengirimi berita-berita yang dilihatnya ke hati. Kemudian, baru membuat pikiran berkelana karenanya. Mata adalah anugerah Allah SWT yang sangat berharga. Bayangkan bagi mereka yang sudah terlahir buta dan
5 Amalan untuk Memupuk Rindu kepada AllahPertama Mentafakuri tanda-tanda kebesaran Allah berupa alam Meyakini dan mencintai semua syariat yang datang dari Membaca, mentadaburi, mempelajari makna dan mengamalkan Al-QuranKeempat Memperbanyak zikirKelima Memperbanyak amal Saleh Materi Khutbah Jumat Memupuk Rindu Berjumpa dengan Allah di Bulan Sya’ban Oleh Abdul Halim Tri Hantoro * Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan الْحَمْدُ لله الَّذِي خَصَّ شَعْبَانَ بِتَشَعُّبِ الْخَيْرَاتِ وَالْإِحْسَانِ، وَعَظَمَ حُرْمَتَهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ بِلَيْلَةِ نِصْفِهِ الْعَظِيْمَةِ الشَّأْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا فَإنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang telah menetapkan untuk hamba-Nya bulan Sya’ban agar senantiasa melakukan ketaatan sebagai wasilah meraih perjumpaan dengan Ar-Rahman. Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi menyucikan dan memuji-Nya. Dia berfirman, تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا “ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.” QS. Al-Isra’ 44 Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya. Kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa, dalam arti kita selalu tunduk dan patuh terhadap segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” QS. Ali Imran 102 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Kenikmatan dunia yang paling besar dirasakan oleh orang beriman dan menjadikannya tenteram adalah nikmat kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan kenikmatan akhirat yang paling agung dan paling tinggi adalah melihat wajah Allah subhanahu wata’ala dengan jelas tanpa adanya penghalang selayak melihat rembulan di malam purnama. Maka di antara doa Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah, وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لاَ يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ المَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَأَسْأَلَكَ الشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غيرِ ضَرَّاءٍ مُضِّرَةٍ، وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ “Aku mohon kepada-Mu agar diberi nikmat yang tidak habis dan aku minta kepada-Mu, agar diberi penyejuk mata yang tak putus. Aku mohon kepada-Mu agar aku dapat rela setelah qadha-Mu turun pada kehidupanku. Aku mohon kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan setelah aku meninggal dunia. Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu di Surga, rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keimanan dan jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan lurus yang memperoleh bimbingan dari-Mu.” HR. An-Nasa’i No. 1305. Hadits ini shahih Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Kerinduan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk berjumpa dengan Allah tampak dengan jelas dalam perjalanan hidupnya, baik dalam ibadah maupun aktivitas dakwahnya. Kerinduan beliau semakin memuncak di saat akhir kehidupannya. Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam duduk di atas mimbar seraya bersabda, إِنَّ عَبْدًا خَيَّرَهُ اللَّهُ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا مَا شَاءَ وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَهُ”. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ وَقَالَ فَدَيْنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا! فَعَجِبْنَا لَهُ، وَقَالَ النَّاسُ انْظُرُوا إِلَى هَذَا الشَّيْخِ؛ يُخْبِرُ رَسُولُ اللَّهِ r عَنْ عَبْدٍ خَيَّرَهُ اللَّهُ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، وَهُوَ يَقُولُ فَدَيْنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا. فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ هُوَ الْمُخَيَّرُ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ هُوَ أَعْلَمُنَا بِهِ “Sesungguhnya ada seorang hamba yang telah Allah tawari untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah.” Tiba-tiba Abu Bakar menangis lalu berkata, “Kami tebus anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami.” Kami menjadi heran kepadanya. Orang-orang berkata, “Perhatikanlah orang tua ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan tentang seorang hamba yang Allah tawari ia perhiasan dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu orang tua ini berkata, Kami tebus Anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami’.” Dan ternyata hamba yang diminta memilih itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan Abu Bakar adalah orang yang paling memahami tentang beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam. Sungguh tidak ada satu pun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintunya Abu Bakar.” HR. Al-Bukhari No. 3904 Materi Khutbah Jumat Waspadalah Terhadap Kaum Perusak Agama Islam! Demikian halnya Nabi Musa alaihissalam yang juga memendam kerinduan yang dalam untuk bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala sebagaimana di terangkan dalam Al-Quran, وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ “Dan ketika Musa datang untuk munajat pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, Musa berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Allah berfirman, “Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan keagungan-Nya kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” QS. Al-A’raf 143 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata ketika mengomentari firman Allah Ta’ala, مَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ اللّٰهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰتٍ ۗوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ “Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” QS. Al-’Ankabut 5 Ayat ini merupakan penguatan bagi orang-orang yang memendam kerinduan untuk bertemu dengan Allah dan sebagai hiburan bagi mereka. Seakan dikatakan bahwa Allah mengetahui bahwa siapa yang mengharap perjumpaan dengan-Nya maka ia akan rindu kepada-Nya, kemudian Allah akan menetapkan ajal yang dekat baginya di mana ia akan datang tanpa ada yang menghalanginya karena setiap yang akan datang itu adalah dekat. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dari hadits Ubadah bin Shamit, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ أَوْ بَعْضُ أَزْوَاجِهِ إِنَّا لَنَكْرَهُ الْمَوْتَ قَالَ لَيْسَ ذَاكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ بُشِّرَ بِرِضْوَانِ اللَّهِ وَكَرَامَتِهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ وَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَعُقُوبَتِهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ “Barang siapa Mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya, sebaliknya barang siapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan Aisyah atau sebagian istri beliau berkomentar, “Kami juga cemas terhadap kematian!” Nabi lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar, seorang mukmin jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apa pun yang lebih ia cintai daripada apa yang di hadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa kepadanya. Sebaliknya orang kafir jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya, sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya, ia membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya.” HR. Al-Bukhari Sesungguhnya di antara bentuk azab Allah subhanahu wata’ala yang ditimpakan kepada para musuh-Nya adalah terhalang dari kebaikan akhirat. Dan di antara kebaikan itu adalah melihat wajah Allah, sebagaimana firman-Nya, كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَۗ “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari melihat Rabbnya.” QS. Al-Muthaffifin 15 Dan nikmat terbesar yang akan Allah berikan kepada para wali-Nya adalah melihat wajah-Nya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌ، اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri, memandang Rabbnya.” QS. Al-Qiyamah 22-23 5 Amalan untuk Memupuk Rindu kepada Allah Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Maka daripada itu, di bulan yang sangat dimuliakan Allah, yakni bulan Sya’ban ini, marilah kita senantiasa memupuk kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala di akhirat kelak. Karena hal itu akan selalu mendorong kita untuk dekat dengan Allah, taat kepada-Nya dan selalu memohon ampunan kepada-Nya. Berikut ini adalah beberapa amal untuk memupuk kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala di bulan Sya’ban yang mulia ini. Pertama Mentafakuri tanda-tanda kebesaran Allah berupa alam semesta. Allah Ta’ala berfirman, اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ. الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Baca juga 5 Doa Rasulullah di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” QS. Ali Imran 190-191 Kedua Meyakini dan mencintai semua syariat yang datang dari Allah. Allah Ta’ala berfirman, وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab pada hari Kiamat, bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya niscaya mereka menyesal.” QS. Al-Baqarah 165 Ketiga Membaca, mentadaburi, mempelajari makna dan mengamalkan Al-Quran اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ “Sungguh, Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” QS. Al-Isra’ 9 Keempat Memperbanyak zikir Allah subhanahu wata’ala berfirman, اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ “Bacalah Kitab Al-Quran yang telah diwahyukan kepadamu Muhammad dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allah salat itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Ankabut 45 Kelima Memperbanyak amal Saleh Allah subhanahu wata’ala berfirman, قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا “Katakanlah Muhammad, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” QS. Al-Kahf 110 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk dapat senantiasa memupuk kerinduan kepada perjumpaan dengan Allah di akhirat kelak pada bulan Sya’ban yang mulia ini. Amin أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. KHUTBAH KEDUA أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Download PDF Materi Khutbah Jumat Memupuk Rindu Berjumpa dengan Allah di Bulan Sya’ban di sini DOWNLOAD PDF Semoga bermanfaat! Materi khutbah Jumat sebelumnya Bulan Sya’ban Pintu Gerbang Kemuliaan
.